3 Shalat Adalah Kekuatan untuk Hamba Allah
Shalat Adalah Kekuatan untuk Hamba Allah
Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, (yaitu) mereka yang yakin bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (QS Al-Baqarah [2]: 45-46)
Hudzaifah, sahabat Nabi Saw., berkata, “Kebiasaan Nabi apabila menghadapi kesukaran, segera melaksanakan shalat” (HR Iman Ahmad dan Abu Dawud).
Hudzaifah ibn Yaman berkata, “Ketika saya kembali kepada Nabi Saw. pada malam Perang Ahzab (Khandak), Nabi sedang berkemul sambil shalat. Dan kebiasaan Nabi apabila menghadapi kesukaran, beliau shalat” (HR Imam Ahmad dan Abu Dawud). Benarkah ada kekuatan yang akan masuk pada diri manusia ketika ia shalat?
Benarkah kesulitan demi ke sulit an dalam kehidupan bisa teratasi dengan shalat? Ingatlah apa yang disebut tadi adalah ayat Allah, tentu jawabnya adalah ya. Seperti apa yang dilakukan Rasul Saw., akan ada kekuatan pada diri manusia ketika dalam ujian, kemudian mereka shalat. Pengalaman kehidupan akan mengajarkan kepada manusia bahwa shalat adalah energi yang akan menguatkan seseorang. Pengalaman kesukaran akan mengajarkan bahwa jika manusia yang sedang diuji itu kembali kepada Allah dengan shalat, segalanya akan terasa lapang kembali. Mengapa?
Shalat adalah bentuk ibadah yang akan mendekatkan diri seorang hamba kepada Allah. Kedekatan ini yang akan menimbulkan ketenangan dan ketenteraman batin pada diri manusia. Ketenangan dan ketenteraman inilah yang akan melahirkan energi yang luar biasa untuk menghadapi apa pun di dunia ini.
Ibadah sebagai bentuk pendekatan diri kepada Allah adalah sarana manusia menyandar pada kekuatan yang maha. Ketika manusia sudah menyandar pada kekuatan maha, ia akan merasa tenteram. Fitrah manusia adalah lemah dan butuh pertolongan sehingga ketika ada tempat kembali yang maha, yaitu Allah Swt., ia akan merasa kebutuhannya terpenuhi. Terpenuhinya kebutuhan akan perlindungan dan pertolongan akan menimbulkan ketenangan.
Hal itu berlaku untuk semua manusia. Apalagi jika manusia sedang menjalani ujian Allah Swt., ia semakin akan kembali kepada-Nya. Memohon pertolongan dan kekuatan. Allah pun tak akan menyia-nyiakan amalan para hamba-Nya. Allah akan memenuhi permintaan hamba-Nya. Janji Allah, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu.”
Sunnah Rasul Saw. mengajarkan, ketika resah, susah, dirundung duka dan nestapa, menghadapi hal besar yang harus diselesaikan, dan lain-lain, semua itu bisa dikembalikan kepada Allah dalam bentuk shalat dan sabar. Bisa diselesaikan dengan shalat tentu saja tetap harus melalui sunnatullah, yaitu ikhtiar sebelum dan setelahnya. Namun, sebagian ulama akan mengatakan, “Bahkan dengan ikhtiar minim sekalipun, jika manusia mendekatkan diri ke pada Allah dengan shalat dan sabar, masalah akan selesai dengan sen dirinya.”
Sungguh, Allah menjadikan shalat sebagai tempat berlabuhnya hati, hiburan untuk seorang hamba, pendidikan jiwa agar menjadi jiwa yang besar.
Pada ‘ÂmulHuzn (tahun berduka untuk Rasul Saw.) ketika paman, Abu Thalib, dan istri beliau, Khadijah r.a., meninggal, kesedihan Rasul Saw. dihibur Allah dengan Isra’ Mi‘raj. Isra’ Mi‘raj intinya adalah perintah shalat lima waktu. Rasul Saw. dan umatnya melalui masa-masa berat dengan shalat, dimulai dari momen Isra’ Mi‘raj.
Dengan sarana shalat, Shalahuddin Al-Ayyubi, pahlawan Islam pada Perang Salib, mendidik para prajuritnya untuk memiliki ke kuatan. Beliau tidak akan memulai penyerangan ke benteng-benteng pertahanan lawan, apabila masih ada pasukannya yang tidak melaksanakan shalat Tahajjud pada malam harinya.
Mahabenar Allah dengan segala firman-Nya. Apa yang tertulis di sini mungkin akan ada yang menyanggahnya. Maka, buktikanlah dengan praktiknyata bahwa shalat adalah muara yang akan mengantarkan manusia pada ketenangan dan kenyamanan, setelah kegundahan dan kegelisahan mendera.
Komentar
Posting Komentar
berkomentar dengan bijak