Puasa dan Detoksifikasi
Ke 81
Puasa dan Detoksifikasi

Firman Allah,
أَيَّامٗا مَّعۡدُودَٰتٖۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٖ فَعِدَّةٞ مِّنۡ أَيَّامٍ أُخَرَۚ وَعَلَى ٱلَّذِينَ يُطِيقُونَهُۥ فِدۡيَةٞ طَعَامُ مِسۡكِينٖۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيۡرٗا فَهُوَ خَيۡرٞ لَّهُۥۚ وَأَن تَصُومُواْ خَيۡرٞ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ١٨٤
Terjemahnya:
Dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui (QS Al-Baqarah [2]: 184).
Sebuah kesaksian tentang manfaat puasa, meski yang menjadi contoh berikut ini bukan jenis puasa sesuai dengan Sunnah Nabi Saw., tetap bisa dijadikan rujukan karena apa yang dilakukannya adalah bentuk ritual “tidak makan dan minum dalam jangka waktu tertentu”. Seorang dokter bernama Jack Goldstein menyatakan, puasa yang ia lakukan membuatnya sembuh dari sakit. Ia merasakan racun dalam tubuh yang keluar ketika ia berpuasa, menjadikan pikiran jernih, meningkatkan ketajaman penglihatan, pendengaran, penciuman, ketahanan mental, dan kesadaran emosi.
Puasa membuat sehat, tak salah pernyataan itu jika merujuk pada contoh tadi. Semakin digali manfaat puasa dari sisi mana pun akan didapat bahwa begitu besar manfaat puasa. Berikut adalah salah satu di antara sekian banyak manfaat puasa untuk jasmani manusia, sebagian kecil dari sekian banyak manfaat puasa yang bisa dieksplorasi manusia.
Sebuah penelitian membuktikan bahwa puasa Ramadhan bisa membuat tubuh lebih sehat dan awet muda. Siti Setiati adalah orang yang meneliti bahwa puasa bisa membuat tubuh sehat, seperti kesaksian Jack Goldstein, juga awet muda. Ia seorang ahli gerontologi (geriatri adalah ilmu tentang hal-hal yang diderita orang tua atau manula) di RSCM, Jakarta. Ia memanfaatkan puasa Ramadhan sebagai sarana penelitiannya, melibatkan 43 pasien rawat jalan di Poliklinik Geriatri Ilmu Penyakit Dalam RSCM. Kesimpulan dari penelitiannya, puasa memperbaiki fungsi ginjal dengan mekanisme yang belum terjelaskan.
Penelitiannya berlanjut pada tahun berikutnya, 63 pasien Poliklinik Geriatri berusia 55-76 tahun dan dengan syarat sahur dan berbuka secukupnya, tidak berlebihan. Setiati meneliti masukan kalori dan kadar malondialdehid (MDA), yaitu salah satu radikal bebas atau substansi tak stabil hasil ok si dasi yang dapat merusak sel-sel tubuh dan mempercepat proses penuaan. Ternyata, puasa sebulan membuat pasokan kalori turun 15%. Kadar MDA turun 90%.
Setahun kemudian, pada 1999, Setiati melakukan penelitian lagi. Respondennya adalah 15 lelaki sehat. Ia menggunakan metode selfcontrol selama puasa. Selama masa puasa, responden tidak boleh merokok dan menjaga menu seimbang ketika sahur dan berbuka.
Penelitian kali ini kembali membuktikan penurunan kadar radikal bebas sampai 90%. Selain itu, total antioksidan (senyawa yang melawan radikal bebas) naik sekitar 12%. Manfaat puasa tak hanya itu. Seorang spesialis penyakit dalam, Julwan Pribadi, yang turut meneliti bersama Setiati di bagian Penyakit Dalam FKUI mencatat indikator penting dalam puasa. Kesimpulan sang spesialis penyakit dalam ini,9 ketika puasa, daya ingat responden meningkat. Puasa juga melebarkan diameter pembuluh darah. Artinya, puasa menjauhkan risiko pengapuran pembuluh darah (aterosklerosis) yang memicu penyakit jantung.
Kesimpulan penelitian Setiati adalah ada mata rantai antara puasa dan peningkatan kualitas hidup. Pembatasan jumlah kalori yang masuk ke tubuh ketika berpuasa telah memaksa tubuh memacu produksi antioksidan. Secara bersamaan, antioksidan menekan kandungan zat perusak radikal bebas. Alhasil, organ tubuh (ginjal, jantung, otak) berfungsi lebih baik. Sel-sel tubuh juga tidak mengalami kerusakan atau penuaan dini.
Inilah nikmat Allah Yang Maha Pemurah. Dia seolah menyiksa hamba-Nya dengan puasa. Karena dengan puasa itu manusia harus melalui lapar dan haus seharian, selama 30 hari pada bulan Ramadhan. Sebenarnya Allah memberikan nikmat-Nya pada puasa. Karena dengan puasa manusia mengalami proses detoksifikasi, yaitu proses pengeluaran racun-racun ala mi dari dalam sel-sel tubuh. Proses detoksifikasi selama berpuasa ini adalah hal yang familier di kalangan praktisi kesehatan.
Hembing Wijayakusuma dalam bukunya, Puasa Itu Sehat, dan Jack Goldstein dalam bukunya yang di terjemahkan ke bahasa Indonesia, Puasa dan Makan, memberi masukan kepada kita bahwa puasa bermanfaat salah satunya untuk proses detoksifikasi.
Selama puasa, kalori dalam tubuh akan berkurang. Itu memaksa tubuh atau sel-sel tubuh mengeluarkan cadangan makanan yang ada. Bersamaan dengan pembongkaran cadangan makanan di sel tubuh tersebut, racun-racun alami yang tertumpuk selama proses metabolisme tubuh sebelas bulan (untuk puasa Ramadhan) akan dibongkar juga. Dibongkar kemudian dikeluarkan dari tubuh.
Dengan terbongkarnya racun alami tersebut, tentu tak mengherankan jika ada peningkatan antioksidan. Lalu, adanya perbaikan sistem ginjal dan sebagainya. Sebuah catatan juga untuk puasa. Puasa artinya mengosongkan saluran pencernaan dan pengistirahatan organ pencernaan sehingga lambung dan usus akan menjadi fresh kembali di akhir puasa dan perut terasa nyaman dan ringan. Berbeda ketika perut penuh, rasa tidak enak sering muncul. Malas, mengantuk, sering latus (kentut) sehingga ibadah terasa tidak nyaman.
Komentar
Posting Komentar
berkomentar dengan bijak