Fenomena Kilat yang Menyambar


53
Fenomena Kilat yang Menyambar


Allah berfirman, Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya, Dia memperlihatkan kilat kepadamu untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan (QS Al-Rûm [30]: 24).

Imam Ibn Katsir menjelaskan ayat ini, “Terkadang kalian takut terhadap kilat yang menyambar, dan terkadang kalian berharap akan datangnya hujan yang bermanfaat untuk menghidupkan bumi setelah matinya.” Kilat biasanya menyertai hujan. Kilat memang menimbulkan perasaan ngeri jika disertai gelapnya langit, hujan, dan petir, seolah langit akan runtuh. Padahal, kilat mengiringi hujan, dan seperti kita tahu, hujan adalah rahmat Allah.

Ada kisah menarik mengenai rahmat Allah. Ada dua orang saleh dan alim yang terjebak dalam hujan disertai petir dan kilat yang menyambar. Tak ketinggalan alam yang gelap menimbulkan nuansa ciut di dada dua orang tersebut. Di tempat bernaung, salah se orang saleh ini berkomentar, “Lihatlah! Petir dan kilat yang menyambar dalam hujan ini. Hujan adalah rahmat. Allah menciptakan rahmat-Nya disertai kilat dan petir. Kilat dan petir yang menakutkan. Padahal ia mengiringi rahmat-Nya. Jika rahmat Allah saja membuat kita ketakutan, bagaimana dengan murka-Nya? Tidakkah kita berpikir?” 

Mahasuci Allah. Kilat adalah rahmat Allah. Logika orang saleh tadi, “Rahmat Allah saja membuat takut, bagaimana dengan murka sumber-Nya?” Murka-Nya tentu lebih dahsyat. Itulah keindahan logika orang beriman.

Dalam ilmu pengetahuan, apa itu kilat?

E.P. Krider, seorang ilmuwan, berkesimpulan tentang kilat, “Kilat adalah pancaran listrik dengan arus tinggi yang terjadi di atmosfer. Jangkauannya dapat mencapai beberapa puluh hingga ratus kilometer, dengan rata-rata puluhan kilo meter.” Adanya pendapat tersebut membangkitkan beberapa penelitian pada 1970, didahului penelitian Benjamin Franklin pada 1752. Pada percobaan tersebut disimpulkan bahwa kilat adalah sumber listrik.

Saat ini, kala ilmu pengetahuan dan eksperimen (penelitian) sudah mencapai tahap kemajuan, para ahli meteorologi menemukan bahwa kilat terjadi di awan kumulonimbus. Ketinggian awan ini mencapai 25.000-30.000 kaki.

Proses terjadinya kilat di awan dijelaskan dalam Meteorology Today. Dalam buku ini dinyatakan bahwa awan menjadi bermuatan listrik ketika butiran es jatuh melalui sebuah daerah di awan yang sangat dingin dan berbentuk kristal es. Ketika butiran cair bertabrakan dengan butiran es, butiran itu membeku dan melepaskan panas yang terpendam untuk menjaga permukaan butiran es tetap lebih hangat daripada kristal es di sekitarnya. Ketika butiran es bersentuhan dengan kristal es, elektron mengalir dari objek yang lebih dingin menuju objek yang lebih hangat. Oleh karenanya, butiran es terbebani elektron negatif.

Efek yang sama terjadi ketika tetesan yang sangat dingin bersentuhan dengan butiran es. Pemicu api terbebani partikel bermuatan positif yang kemudian terbawa menuju bagian awan yang lebih tinggi oleh updraft. Butiran es yang tertinggal dengan beban negatif, jatuh menuju bagian bawah dari awan sehingga bagian bawah awan menjadi bermuatan negatif. Beban muatan negatif ini kemudian ditembakkan ke bumi sebagai kilat.

Dalam hadis riwayat Imam Ahmad, Al-Tirmidzi, dan Al-Nasa’i yang di hasankan oleh Imam Al-Tirmidzi dari Ibn Abbas disebutkan ada beberapa orang Yahudi yang bertanya kepada Nabi Saw. mengenai kilat. Sebuah pertanyaan yang diajukan untuk menguji, apakah benar Rasul Saw. itu adalah seorang rasul. Sebuah pertanyaan yang tidak mungkin dijawab, kecuali oleh seorang nabi. “Hai Muhammad, apa kilat itu sebenarnya?” Itu pertanyaan mereka. Nabi Saw. menjawab, “Kilat adalah malaikat yang ditugasi untuk mengawasi awan. Di kedua tangannya terdapat tongkat dari api yang digunakan untuk menggiring awan menuju tempat yang telah Allah perintahkan.” Jawaban ini dibenarkan oleh orang-orang Yahudi berdasarkan wahyu dalam kitab suci mereka.

Di tanah Jawa, daerah Grobogan, konon ada seorang saleh bernama Ki Ageng Selo (oleh pengikutnya saat ini beliau dikultuskan tanpa metode sunnah sama sekali). Menurut cerita dari mulut ke mulut, beliau ditakdirkan Allah mampu menangkap petir yang berwujud sesosok makhluk. Ia hendak digambar pada dinding sebuah bangunan. Syarat di ajukan oleh sang petir/kilat, janganlah ia disakiti—begitu katanya. Syarat itu diterima Ki Ageng Selo dan disampaikan kepada para ahli gambar. Tetapi, atas kehendak Allah, janji itu dilanggar oleh sang ahli gambar (karena sang petir banyak geraknya, sementara ahli gambar tidak bisa menggambarnya jika ia bergerak terus). Jadilah sang petir melesat lagi ke angkasa, tanpa meninggalkan gambar. Wallâhu a‘lam. Kisah yang terakhir ini adalah legenda yang diceritakan dari mulut ke mulut dari nenek ke cucunya.

Yang bisa jadi benar adanya, tentang petir yang berwujud sesosok makhluk. Tetapi bisa jadi ada unsur ditambah-tambahi. Wallâhu a‘lam.

Komentar

Postingan Populer