Kehancuran yang Dipergilirkan
Ke 70
Kehancuran
yang Dipergilirkan

Firman Allah,
إِن
يَمۡسَسۡكُمۡ قَرۡحٞ فَقَدۡ مَسَّ ٱلۡقَوۡمَ قَرۡحٞ مِّثۡلُهُۥۚ وَتِلۡكَ ٱلۡأَيَّامُ
نُدَاوِلُهَا بَيۡنَ ٱلنَّاسِ وَلِيَعۡلَمَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
وَيَتَّخِذَ مِنكُمۡ شُهَدَآءَۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلظَّٰلِمِينَ ١٤٠
Terjemahnya:
Jika kamu (pada Perang Uhud)
mendapat luka, sesungguhnya mereka (kaum kafir) pun (pada Perang Badar)
mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejadian dan kehancuran) itu, Kami
pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan agar Allah
membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan agar
sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai
orang-orang yang zalim (QS Âli ‘Imrân [3]:140).
Mengapa kehancuran atau kepunahan
manusia secara individu dan bersama dipergilirkan? Allah menjawab dalam firman-Nya,
yaitu:
1. Agar menjadi pelajaran untuk
manusia bahwa dunia ini adalah fana sehingga janganlah dijadikan tujuan hidup.
2. Dengan kehancuran atau kepunahan
bisa dibedakan mana orang beriman yang bisa mengambil pelajaran tentang ujian
dan dunia ini, dan mana orang kafir. Pada kematian dan kehidupan terdapat
pelajaran yang bisa dipetik.
3. Supaya sebagian manusia bisa gugur
sebagai syuhada, seperti tragedi Tsunami di Aceh pada 2004, gempa di Yogya,
atau tragedi di Palestina.
Orang yang baik dan saleh di mana pun
berada, jika mereka mengalami tragedi seperti itu, akan mati syahid. Allah
memiliki tujuan menggilir kehancuran manusia. Orang muk min akan bisa menarik
pelajaran, sedangkan orang kafir tak akan bisa menarik pelajaran.
Seandainya di bumi tak ada
kehancuran (ujian), manusia akan jadi makhluk durhaka, sombong, dan merasa
benar. Contoh, Fir‘aun. Mengapa ia bisa mengaku sebagai tuhan? Kesombongan
kelewat batas yang menjadikannya begitu. Fir‘aun dianugerahi segalanya oleh
Allah; kekuasaan tak terbatas, harta kekayaan yang seolah tak akan habis
dimakan seluruh keturunannya. Ia juga dianugerahi keturunan yang menyenangkannya.
Istri-istri, pelayan-pelayan, kekuatan armada perang, kemajuan teknologi (pada
zaman itu sudah ada teknologi membuat piramida), juga umur yang dirasakannya sangat
panjang seolah ia tak akan mati karena tidak pernah sakit.
Dengan semua itu, Fir‘aun merasa
sebagai penguasa tunggal, hingga akhirnya ia berikrar bahwa dialah tuhan. Dalam
Al-Hikam disebutkan Fir‘aun berjaya selama 400 tahun. Kejayaan sebuah peradaban
yang dimiliki oleh Fir‘aun memang membuat silau para pemuja dunia. Hingga
akhirnya, sesuai apa yang digariskan Allah, dunia Fir‘aun pun digulung. Kejayaan
peradaban, bagaimanapun agungnya, tetap akan mengalami pasang surut. Ini adalah
sunnatullah (hukum alam) yang akan dipergilirkan di muka bumi.
Romawi dan Persia, dua negara
adidaya, yang satu penganut agama Nasrani, yang satu pemuja api (Majusi,
musyrik). Peradaban mereka pada zaman Nabi Saw. masih hidup adalah peradaban
yang setara dengan Uni Soviet dan Amerika Serikat. Tetapi sunnatullah tetap berlaku
untuk mereka. Pertama, Persia gugur. Kemudian Romawi mengalami kesurutan
masa-masa keemasannya.
Pada abad ke-20 ini pun terjadi
kemunduran peradaban pada Uni Soviet. Ya, sejarah berulang. Uni Soviet, yang
hampir mirip dengan Persia dalam hal pemujaan, sebagai negara ateis, telah
ditiadakan oleh zaman. Padahal negara ini da hulu saingan berat Amerika Serikat.
Akankah Amerika Serikat mengulang
sejarah Romawi? Yang perlu diingat adalah Allah menggilir kepunahan di bumi.
Komentar
Posting Komentar
berkomentar dengan bijak