8 Kemustahilan Teori Evolusi

Kemustahilan Teori Evolusi

Mahasuci Allah dengan segala firman-Nya. Semua yang ada di dunia ini adalah milik-Nya. Tidak benar jika ada manusia yang mengakui bahwa alam semesta terjadi tanpa ada yang memulai. Tidak pantas jika ada manusia yang mengakui bahwa dunia bukan ciptaan Allah.

Allah sendiri menegaskan bahwa Dialah yang menciptakan manusia dan alam semesta. Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal  kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu lalu Dia menghidupkan kamu kembali. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan (QS Al-Baqarah [2]: 28).

Bukankah dia mulanya hanya setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim). Kemudian (mani itu) menjadi sesuatu yang melekat, lalu Allah menciptakan dan menyempurnakannya, lalu Dia menjadikan darinya sepasang laki-laki dan perempuan. Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati? (QS Al-Qiyâmah [75]: 37-40)

Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa bagi Allah, seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakannya dari tanah, kemudian Dia berkata kepadanya, “Jadilah (seorang manusia)!” Maka jadilah dia. (QS Âl-Imrân [3]: 59)

Manusia diciptakan Allah. Seluruh mukmin di bumi ini perca ya bahwa manusia diciptakan Allah. Namun, sebagian manusia mengingkarinya. Manusia yang mengingkari ini menyatakan bahwa manusia berasal dari kera. Manusia berasal dari kera dan kera berasal dari primata yang lebih rendah darinya. Primata yang lebih rendah tersebut berasal dari sesuatu yang tidak ada sehingga teori dasarnya adalah kehidupan berasal dari sesuatu yang tidak ada, dunia tidak ada yang menciptakan, dunia ada dengan sendirinya. Asumsi ini yang berkembang menjadi teori evolusi.

Sementara, para ilmuwan Muslim mengajukan teori bahwa dunia diciptakan Allah. Sebuah teori yang bisa dibuktikan dan dipertanggungjawabkan. Bahkan, hanya dengan pemaparan cerita bisa di ketahui mana teori yang benar.

Pada suatu waktu dua orang sedang berdebat. Salah satunya adalah seorang mukmin ahli ilmu dan seorang lagi adalah seorang ateis yang meniadakan keberadaan Allah. Perdebatan mereka sangat seru sehingga tak cukup waktu satu hari. Orang ateis tersebut menyatakan bahwa alam semesta, termasuk manusia, ada dengan sendirinya. Tanpa sebab, tanpa apa pun. Seperti sulap, tiba-tiba dunia ada.

Dengan teori apa pun, pendapat orang ateis tersebut tak bisa diterima sang alim. Perbedaan pemikiran mereka bertolak bela kang. Sang alim berpendapat, dunia ada yang mencipta. Allah-lah Sang Pencipta itu. Yang menjadi pemikiran sang alim, bagaimana mematahkan argumentasi orang ateis itu.

Keesokan harinya, untuk melanjutkan perdebatan, mereka janjian bertemu lagi. Sang alim sengaja datang terlambat pada per temuan tersebut hingga sang ateis hampir-hampir tidak sabar menunggu.

Setelah sekian lama, barulah sang alim datang tergopoh-gopoh. Sang ateis berkata, “Kau benar-benar membuat aku susah.”

Sang alim menjawab, “Maafkan! Maafkan! Aku tadi menyaksikan kejadian langka yang luar biasa.”

“Kejadian apa itu hingga menjadikan kau terlambat lama sekali?” Dengan emosi, sang ateis bertanya lagi.

“Aku tadi hendak menyeberang sungai. Tak ada rakit yang bisa membawaku ke seberang. Aku berpikir keras. Tiba-tiba serumpun bambu berulah aneh. Tanpa sebab, tanpa manusia, tanpa angin dan hujan, pohon bambu itu tumbang. Kejadian selanjutnya lebih menakjubkan, pohon-pohon bambu itu mengikat diri sendiri satu sama lain hingga tercipta sebuah rakit, sehingga bisa aku gunakan untuk menyeberang sungai sampai di sini.”

Mendengar cerita sang alim, tentu saja sang ateis melongo, terbengong-bengong. Spontan ia berkata, “Bagaimana mungkin itu terjadi? Bagaimana mungkin rakit membuat dirinya sendiri?”

Jawaban sang ateis sudah merupakan pengakuan tentang Sang Pencipta. Jawaban itu adalah kesempatan sang alim untuk mematahkan argumentasi sang ateis. Sang alim berkata, “Benar, Kawan! Memang itu cerita yang tidak mungkin terjadi. Seperti juga kisahmu, bagaimana dunia dan seisinya ini bisa ada tanpa ada yang menciptakan?”

Tentu dunia ada yang menciptakan. Kisah tadi hanya sebagian kecil argumentasi bahwa dunia ada yang menciptakan.

Dalam Al-Qur’an disebutkan, Allah-lah yang menciptakan makhluk hidup. Menciptakan dunia. Menciptakan manusia dari ketiadaan menjadi ada, dengan satu perintah, “Jadilah!” Maka, jadilah makhluk hidup. Makhluk hidup satu sel dan makhluk hidup banyak sel. Juga alam semesta ini.

Beberapa dekade lalu, sebelum diterbitkan buku berjudul Keruntuhan Teori Evolusi oleh Harun Yahya—meski sekarang pun teori evolusi masih ada yang memberlakukan selama kurang lebih 150 tahun para “intelektual” berada dalam pola pikir teori evolusi, teori yang meniadakan keberadaan Allah, teori yang menyatakan manusia berasal dari kera. Kera berasal dari primata yang lebih rendah. Primata yang lebih rendah berasal dari primata yang lebih rendah lagi, begitu seterusnya. Hingga awal kehidupan dinisbatkan dari satu sel yang hidup. Mereka berpendapat, satu sel yang hidup ini berasal dari komponen-komponen tak hidup.

Darwinisme (teori Darwin) ini mengemukakan bahwa keberadaan makhluk hidup di bumi ini bermula dari bergabung dan bersatunya zat-zat tak hidup yang kemudian secara kebetulan membentuk sel hidup pertama. Selanjutnya, satu sel itu, lagi-lagi, secara kebetulan berkembang sendiri sehingga berjumlah banyak dan beraneka jenis, setelah berjuta tahun terwujudlah jutaan spesies mikroorganisme, spesies hewan, tumbuhan, dan akhirnya manusia.

Dinyatakan bahwa berbagai ciri dan struktur yang membedakan satu makhluk hidup dengan yang lainnya muncul tanpa disengaja, secara kebetulan, tapi kemudian (anehnya) bisa berfungsi secara sempurna dan tanpa kesalahan, dan selanjutnya diwariskan dari satu keturunan kepada keturunan berikutnya tanpa putus.

Silakan dicerna. Darwinisme menyatakan bahwa atom-atom yang tidak mampu melihat, mendengar, merasakan, dan tidak memiliki kesadaran bisa bergabung membentuk wujud manusia yang dapat melihat, mendengar, merasakan, dan berkesadaran akibat dari apa yang mereka gambarkan sebagai kekuatan gaib bernama kebetulan.

Darwinisme tak bisa dicerna. Bagaimana mungkin bisa dicerna dengan logika? Sementara, mereka berpendapat, kemampuan menyimpan informasi yang tersandikan pada sebuah kromosom makhluk hidup (DNA) daya simpan dan kecanggihannya melebihi perpustakaan raksasa. Kehebatan daya simpan tersebut cuma dikatakan sebagai hasil peristiwa kebetulan yang tidak terarah.

Mengenai terciptanya sel hidup dari materi tak hidup ini, Darwin memiliki pengikut. Beberapa ilmuwan berusaha membenarkan teori Darwin melalui kajian ilmiah, yang keilmiahannya perlu dipertanyakan. Para ilmu wan tersebut membuat eksperimen atau penelitian bahwa materi hidup berasal dari ma teri tidak hidup. Mereka antara lain:

A.I. Oparin (Rusia)
Dia menyatakan bahwa atmosfer purba mengandung uap air (H2O), metana (CH4), amoniak (NH3), dan hidrogen (H2). Karena pengaruh panas dan petir zaman purba, terjadilah senyawa alkohol (C2H5O2N). Berjuta-juta tahun, secara kebetulan, membentuk senyawa organik, seperti alkohol, gliserin, asam organik, purin, dan pirimidin. Zat-zat ini kemudian saling terikat sehingga menjadi senyawa yang lebih besar, seperti karbohidrat, lemak, protein, enzim, nukleotida, dan asam nukleat. Senyawa-senyawa ini membentuk campuran yang kaya akan materi-materi dalam lautan yang panas. Bahan campuran itu merupakan bahan pembentuk sel.

Selanjutnya, senyawa kompleks tersebut berkembang hingga memiliki kemampuan dan sifat sebagai berikut:
a. Memiliki sejenis membran yang mampu memisahkan ikatan-ikatan kompleks yang terbentuk dengan molekul-molekul organik yang terdapat di sekelilingnya.
b. Memiliki kemampuan untuk menyerap molekul-molekul dari sekelilingnya dan mengeluarkan molekul-molekul lain di sekelilingnya.
c. Memiliki kemampuan untuk menggunakan molekul-molekul yang diserap sesuai dengan pola ciri ikatan-ikatan di dalam.
d. Memiliki kemampuan untuk memisahkan bagian-bagian dari ikatan-ikatannya.

Menurut Oparin, ikatan kompleks dengan sifat-sifat inilah yang diduga sebagai kehidupan pertama. 

Harold Urey (Amerika)
Hampir mirip dengan Oparin. Dia berpendapat bahwa pada satu saat atmosfer bumi kaya akan molekul-molekul gas yang merupakan unsur-unsur penting dalam tubuh makhluk hidup. Molekul-molekul itu ialah:

Zat hidup yang pertama itu dapat disamakan dengan virus sekarang ini. Selama berjuta-juta tahun, zat ini berkembang menjadi berbagai jenis organisme.

Menurut Urey, terbentuknya makhluk hidup melalui proses yang terbagi menjadi 4 proses, yaitu:
a. Proses I, tersedianya molekul metana (CH4), amoniak (NH3), uap air (H2O), dan hidrogen (H2) yang sangat banyak di atmosfer.
b. Proses II, adanya bantuan energi yang timbul dari aliran listrik halilintar dan radiasi sinar kosmis yang dapat mengikat molekul-molekul tersebut membentuk molekul yang lebih besar.
c. Proses III, terbentuknya zat hidup paling sederhana yang dapat disamakan dengan virus.
d. Proses IV, dalam jangka waktu berjuta-juta tahun, zat hidup yang terbentuk tadi berkembang menjadi sejenis organisme yang lebih kompleks.

Apa yang dikemukakan dua “ahli” tersebut adalah penelitian sangat mendasar dari pengukuhan teori Darwin tentang kehidupan yang berasal dari benda tak hidup. Generasi-generasi pengikut Darwin selanjutnya memiliki argumen yang lebih “spektakuler” untuk mendukung teori Darwin. Mereka berargumen dengan mengambil data-data “ilmiah” mereka masing-masing.

Namun, sebagai catatan, apa yang mereka kemukakan bisa dibantah. Para ahli teori asal mula (alam diciptakan) mampu mengemukakan data-data yang valid tentang alam semesta, tentang sebuah sel, bahwa sebuah sel tidak mungkin terbentuk secara kebetulan. Dilihat dari kemampuan menyimpan informasi dari sebuah sel saja, itu sesuatu yang tidak mungkin. Apalagi dari sifat-sifat lain dari sebuah sel yang hidup. Kemampuan menyimpan informasi dari sebuah sel yang tersandikan pada sebuah kromosom makhluk hidup (DNA), yang daya simpan dan kecanggihannya melebihi perpustakaan raksasa. Hal ini tidak mungkin terjadi secara kebetulan. Seperti yang dikatakan para pengikut teori evolusi bahwa kehebatan daya simpan sel tersebut cuma dikatakan sebagai hasil peristiwa kebetulan yang tidak terarah.

Jika memang manusia berasal dari kera atau primata, bukankah tak ada bukti mengenainya sampai saat ini?

Sungguh, Mahabenar Allah. Allah adalah Pencipta dan satu-satunya Pencipta.

Komentar

Postingan Populer