Manusia Dilahirkan sebagai Khalifah



Ke 72
Manusia Dilahirkan sebagai Khalifah
 
Firman Allah,
وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٞ فِي ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةٗۖ قَالُوٓاْ أَتَجۡعَلُ فِيهَا مَن يُفۡسِدُ فِيهَا وَيَسۡفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۖ قَالَ إِنِّيٓ أَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُونَ ٣٠
Terjemahnya:
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ke tahui” (QS Al-Baqarah [2]: 30).
۞وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمۡ صَٰلِحٗاۚ قَالَ يَٰقَوۡمِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرُهُۥۖ هُوَ أَنشَأَكُم مِّنَ ٱلۡأَرۡضِ وَٱسۡتَعۡمَرَكُمۡ فِيهَا فَٱسۡتَغۡفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوٓاْ إِلَيۡهِۚ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٞ مُّجِيبٞ ٦١
Terjemahnya:
Dan kepada kaum Tsamud (Kami utus) saudara mereka, Shaleh. Shaleh berkata, “Hai kaumku! Sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Se sungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya).” (QS Hûd [11]: 61)
Khalifah bisa didefinisikan sebagai wali, penjaga, pengatur, dan pemelihara sesuatu. Jika dikatakan bahwa manusia adalah khalifah, itu tertuju sebagai khalifah di muka bumi ini. Manusia mengambil tugas kekhalifahan untuk bumi dan alam semesta ketika gunung-gunung, lembah, sungai, dan seluruh alam semesta menolak tugas itu. Manusia dengan keawamannya malah menerima tugas yang butuh sifat amanah yang sangat besar itu.
Maka, inilah manusia. Ia ditakdirkan sebagai khalifah di muka bumi ini. Allah memberi bekal kekhalifahan hanya untuk manusia terbaik. Secara umum adalah manusia kebanyakan, secara khusus adalah orang-orang yang beriman.
Tugas kekhalifahan itu menjadikan manusia sebagai manusia pilihan. Apa yang dialami manusia di bumi ini adalah konsekuensi kehidupan yang “berat” yang menuntut kekuatan ekstra manusia. Itulah sebabnya manusia dilahirkan sebagai pemenang.
Hal itu dibuktikan ketika kita masih berwujud sperma (spermatozoa). Pada proses penciptaan manusia untuk pertama kalinya di rahim ibunda, sperma atau benih berjumlah 300 ribu sampai 250 juta. Mereka bertarung untuk membuahi sebuah sel telur. Pertarungan itu harus dimenangkan oleh satu sperma saja. Sperma pemenang yang akan menjadi janin, bayi, dan manusia yang lahir ke dunia.
Bukan hanya persaingan antarbenih, kondisi rahim memiliki perintang-perintang alami yang akan mengeliminasi sperma lemah, seperti cairan-cairan di rahim ibu yang bisa membunuh sperma lemah juga lapisan ovum (sel telur) itu sendiri yang berdinding kuat. Untuk memahami kondisi yang ada di rahim tersebut, berikut analogi rintangan dalam rahim.
`Ada 250 juta manusia yang diperintahkan berjajar di sepanjang pantai di Lautan Pasifik. Manusia diperintahkan menyeberangi lautan, mengalahkan segala rintangan yang ada. Rintangan-rintangan seperti kadar garam yang tinggi yang akan menyebabkan manusia mati kekeringan, badai, ataupun hewan-hewan laut yang ganas. Akan ada beberapa pemenang yang bisa menyeberangi Lautan Pasifik?
Setelah menyeberangi Lautan Pasifik, perintah baru diberikan. Mereka diangkut ke Air Terjun Niagara, lalu diperintahkan berenang melawan arus sungai di Air Terjun Niagara sampai ke hulu. Jumlah pemenang itu tentu berkurang.
Analogi berlanjut. Sebelum rasa lelah hilang, para pemenang diangkut ke Tembok Cina. Perintah selanjutnya adalah, jebol Tembok Cina. Para pemenang akan berebut menjebol dinding Tembok Cina seperti sperma menjebol dinding sel telur (ovum). Hasilnya, satu sperma yang cepat, kuat, dan tangguh yang akan memasuki sel telur sehingga menghasilkan janin. Inilah sperma pemenang.
Kesimpulannya, sebagai khalifah, manusia adalah sosok pemenang yang pilih tanding. Maka, selayaknya memanfaatkan potensi itu untuk memakmurkan bumi. Seorang pemenang bukan orang lemah yang gampang menyerah oleh keadaan yang tidak mendukung cita-citanya. Dulu, kita sebagai sperma pemenang adalah sebentuk benda yang sangat tangguh dan kuat. Maka, selayaknya, ketika dilahirkan, karakteristik kita sama dengan sperma pemenang yang memenangkan bumi agar tetap eksis diatur oleh Yang Memilikinya.

Komentar

Postingan Populer