Tentang Air Susu Ibu dan Kesehatan Bayi
Ke 84
Tentang Air Susu Ibu dan Kesehatan Bayi

Mahabesar Allah. Allah Yang Berkehendak. Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Allah Maha lembut dan Penyantun. Allah yang menciptakan Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi manusia dengan karakteristik tertentu, karakteristik yang berbeda dengan air susu non manusia (hewan), karakteristik yang hanya diperuntukkan bagi bayi manusia.
Maha benar Allah dengan segala firman-Nya. Allah berfirman,
۞وَٱلۡوَٰلِدَٰتُ يُرۡضِعۡنَ أَوۡلَٰدَهُنَّ حَوۡلَيۡنِ كَامِلَيۡنِۖ لِمَنۡ أَرَادَ أَن يُتِمَّ ٱلرَّضَاعَةَۚ وَعَلَى ٱلۡمَوۡلُودِ لَهُۥ رِزۡقُهُنَّ وَكِسۡوَتُهُنَّ بِٱلۡمَعۡرُوفِۚ لَا تُكَلَّفُ نَفۡسٌ إِلَّا وُسۡعَهَاۚ لَا تُضَآرَّ وَٰلِدَةُۢ بِوَلَدِهَا وَلَا مَوۡلُودٞ لَّهُۥ بِوَلَدِهِۦۚ وَعَلَى ٱلۡوَارِثِ مِثۡلُ ذَٰلِكَۗ فَإِنۡ أَرَادَا فِصَالًا عَن تَرَاضٖ مِّنۡهُمَا وَتَشَاوُرٖ فَلَا جُنَاحَ عَلَيۡهِمَاۗ وَإِنۡ أَرَدتُّمۡ أَن تَسۡتَرۡضِعُوٓاْ أَوۡلَٰدَكُمۡ فَلَا جُنَاحَ عَلَيۡكُمۡ إِذَا سَلَّمۡتُم مَّآ ءَاتَيۡتُم بِٱلۡمَعۡرُوفِۗ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِيرٞ ٢٣٣
Terjemahnya:
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma´ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (QS Al-Baqarah [2]: 233).
Inilah titah Allah dalam Al-Quran, seorang ibu hendaknya menyusukan anaknya dan menyempurnakan susuannya selama dua tahun. Hikmah luar biasa akan didapat manusia atas setiap titah yang ada dalam Al-Quran.
Di sebuah negara modern dan maju terdapat sebuah aturan yang menakjubkan, membuat terharu, dan membuka mata nurani seorang Muslim. Ketika seorang ibu pekerja hamil, kemudian melahirkan, perusahaan tempat ia bekerja, juga aturan pemerintah, akan memberinya cuti selama dua tahun. Tujuannya agar sang ibu mencukupkan waktu untuk memberi Air Susu Ibu (ASI) kepada bayinya, mencukupi kebutuhan bayinya pada dua tahun pertama, mencukupinya dengan kasih sayang, karena masa-masa itu adalah masa emas (the golden age) seorang anak. Ia belajar tentang apa saja yang ada di sekelilingnya.
Tercukupi kasih sayangnya adalah substansi kebutuhan manusia agar tetap disebut manusia, apalagi pada the golden age. Dengan cara ini diharapkan akan lahir generasi unggul yang tangguh, generasi yang baik dan berkualitas, yang jauh dari sifat merusak, liar, dan sulit diatur. Generasi yang berkasih sayang, cerdas, dan tahu diri sebagai manusia.
Bukan generasi yang kehilangan kasih sayang, yang salah satunya bisa tergambarkan dengan istilah psikologi, masked deprivation. Masked deprivation, atau kelaparan terselubung akan kasih sayang, akan melahirkan anak-anak yang menderita kecemasan, rasa tidak tenteram, rendah diri, kesepian (meski berada di tengah kerumunan orang), agresivitas, negativisme (kecenderungan melawan orang tua), serta berbagai bentuk kelemahan mental lainnya.
Seperti sebuah puisi yang dicipta Dorothy,
“Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia akan belajar memaki.
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri.
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai.
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan.
Jika anak dibesarkan dengan perlakuan yang baik, ia akan menemukan cinta dalam kehidupan.”
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia akan menjadi orang terbaik di komunitasnya, ia akan menjadi orang terbaik di ruang dan waktunya (pada masanya). Jika sejak kecil telah disusui dengan sempurna dan diberi kasih sayang dengan baik , apakah bukan orang yang terbaik yang akan dihasilkan darinya?
Kehebatan ASI juga bisa dilihat secara fisik, yaitu wujudnya, yang berupa cairan, dan daya cernanya. Pada usia masih butuh ASI (eksklusif), ada bayi-bayi yang sudah diberi makan dengan makanan padat seperti bubur. Ketika diberi makan dengan makanan padat, bayi-bayi ini akan cepat kenyang dan mereka tidak menginginkan ASI lagi.
Akibat yang ditimbulkan tentu hal yang tidak diinginkan. Perbandingan nilai cerna antara makanan padat dengan ASI berbeda. ASI sangat cocok dengan kondisi organ tubuh bayi yang masih sangat lemah dan belum sempurna. Sementara makanan padat akan membuat organ pencernaan (dan organ lain) bayi bekerja sangat keras, yang berakibat kurang baik, seperti diare.
Hal lain, perbandingan gizi dalam ASI dengan makanan padat juga sangat mencolok. ASI sangat bergizi, sementara makanan padat bergizi minim. Bubur, misalnya, hanya karbohidrat yang dominan. Kondisi tersebut menyebabkan bayi yang mengonsumsi makanan padat, berat badannya akan berkurang secara drastis. Pertumbuhannya akan terganggu. Meskipun beberapa bulan kemudian, setelah mengonsumsi bubur/makanan padat dan minim meminum ASI, bayi akan terlihat gemuk. Ini bukan gemuk yang sehat. Gemuk yang berbeda; bayi yang diberi ASI gemuknya berkesan kuat, sementara gemuk yang bukan karena ASI seperti gemuk orang obesitas/ kegemukan orang dewasa. Bayi tidak begitu bu tuh karbohidrat. Bayi butuh protein, mineral, dan vitamin untuk per tumbuhan sel-selnya, terutama sel otak.
Maka, Maha benar Allah dengan segala firman-Nya. Seperti yang tercantum dalam Surah Al-Baqarah (2) ayat 233, bayi hanya butuh ASI sehingga bila dimungkinkan, tak perlu ada susu formula, cukup ASI. Mengapa ASI? Dua contoh sudah dikemukakan sebelumnya. Tetapi mungkin itu belum cukup. Contoh lain akan di kemukakan berikut. Kita akan membandingkan berat badan dan bentuk badan (proporsi badan) bayi yang mengonsumsi ASI dengan bayi yang mengonsumsi susu formula. Bayi yang mengonsumsi ASI bertubuh lebih kecil tetapi padat berisi. Sedangkan bayi yang mengonsumsi susu formula akan terlihat lebih besar dan sangat gemuk, seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
Akan tetapi, apakah kegemukan karena minum susu formula adalah kondisi yang normal untuk bayi? Gemuk pada bayi karena susu formula membuat kesan bahwa anak tersebut sehat dan itu menyenangkan orang tua. Padahal, jika mau menelaah lebih lanjut, kita akan mengetahui bahwa komposisi gizi susu formula berbeda dengan komposisi gizi ASI. Produsen susu formula membuat susu sapi atau ternak lain sedemikian rupa supaya mirip komposisi gizi ASI. Karbohidrat di susu sapi sangat tinggi, sesuai dengan anak sapi yang pertumbuhannya lebih dari 4 kali tubuh manusia. Karbohidrat pada susu formula dibuat rendah sesuai dengan komposisi ASI. Tetapi tidak cukup rendah sehingga akan membuat bayi yang mengonsumsinya bertubuh raksasa, mirip per tumbuhan anak sapi yang cepat.
Tetapi dari segi protein, vitamin, dan mineral (protein khususnya untuk otak) sangat kurang. Intinya, bayi memang harus diberi ASI (bukan susu formula), kecuali ada alasan syar‘i yang menghalangi. Kelebihan ASI lainnya adalah:
1. ASI tidak memberatkan fungsi saluran dan organ pencernaan.
2. ASI tidak memberatkan fungsi ginjal yang belum berfungsi baik pada bayi yang baru lahir.
3. ASI menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimal pada bayi. Pertumbuhan yang optimal, bukan pertumbuhan maksimal. Optimal cenderung sesuai de ngan yang diharapkan, sedangkan maksimal lebih diartikan sebagai pertumbuhan yang berlebih.
4. ASI memiliki berbagai zat anti infeksi.
5. ASI murah, praktis, tersedia pada suhu ideal tak perlu dipanaskan dahulu, selalu segar ebas kuman, memperkuat ikatan batin antara ibu dan bayinya.
Demi Rabb yang menurunkan QS Al-Baqarah (2): 233. Allah memerintahkan seorang bayi untuk disusui ibu susuan, jika sang ibu tidak dapat menyusuinya. Tidak dianjurkan untuk minum susu formula. Maha benar Allah dengan segala firman-Nya.
Komentar
Posting Komentar
berkomentar dengan bijak