7 Hikmah Larangan Mendekati Zina

7
Hikmah Larangan Mendekati Zina

Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk. (QS Al-Isrâ’/17: 32)

Katakanlah kepada laki-laki yang beriman agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. (QS Al-Nûr /24: 30)

Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka mengentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung. (QS Al-Nûr /24: 31)

Pada ayat-ayat tersebut dipaparkan pelajaran bagaimana seorang mukmin berinteraksi dengan lawan jenis. Bolehlah dibilang pelajaran seksualitas islami. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk tidak mendekati zina karena jika sudah mendekati zina, dampak buruk beruntun akan terjadi.
Berapa banyak dosa dilakukan manusia karena memandang lawan jenis dengan pandangan yang tak pantas. Pandangan mata akan masuk ke hati. Secara bertahap akan “menyebabkan” zina.

Al-Quran mengatur wanita sedemikian rupa (demikian juga laki-laki). Dalam QS Al-Nûr /24: 31 ini ada yang harus dilakukan wanita agar selamat dari dosa sehingga nantinya mendapat ampunan dari Allah. Wanita diminta menundukkan pandangan. Wanita diminta menutup aurat. Wanita diminta memelihara perhiasannya. Wanita diminta tidak menarik perhatian laki-laki. Untuk yang terakhir, tersirat pada ayat, Dan janganlah mereka mengentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.

Wanita adalah keindahan yang sangat menarik untuk laki-laki. Sangat pantas jika Allah mengatur sedemikian rupa agar wanita bisa tersembunyi dari mata yang tidak dihalalkan untuk melihatnya.

Seolah wanita memang harus bersembunyi dan “ditutup” di rumah-rumah agar keindahannya tidak sembarangan diketahui orang lain, seperti batu giok pusaka nan indah dan mahal.

Ini yang sering dihujat kaum feminis yang mengusulkan ide kebebasan kaum perempuan, “penganjur persamaan gender”. Mereka “menuduh” agama (yang dengan niat baik menata kehidupan wanita) bukan aturan yang pantas untuk diikuti. Padahal, aturan agama adalah jalan terbaik yang semestinya di ikuti, bisa mengatur manusia, memecahkan masalah sosial, dan jauh dari hal yang meru sak. Aturan Allah adalah sebuah kebenaran. Mahasuci Allah dari “kekotoran” manusia.

Beberapa penelitian membuktikannya. Wanita harus “disembunyikan” di rumahnya karena satu senyum saja kepada nonmahramnya (meski tidak sengaja), bisa membuat “bencana”. Apa lagi tersibaknya aurat atau pandangan mata yang kebablasan. Berdasarkan penelitian, wanita adalah penggoda kaum Adam.

Seorang ahli ilmu jiwa mempelajari, seorang wanita dan pria bertemu, lalu jika si wanita sudah melihat (meski tanpa sengaja) dimungkinkan wanita akan tertarik kepada pria ini. Jika wanita sudah tertarik, hatinya tentu tidak bisa berbohong dengan perasaannya tersebut. Keadaan hati yang tidak bisa berbohong akan menyebabkan kondisi itu keluar pada tingkah laku keseharian (Brody language = bahasa tubuh). Tingkah laku keseharian ini bisa jadi adalah sinyal-sinyal rahasia kepada laki-laki yang disukai untuk menyatakan bahwa ia suka kepadanya. Laki-laki tahu akan adanya sinyal-sinyal dari wanita yang tertarik kepadanya. Hal itu bisa terjadi di mana dan kapan saja.

Dia mengatakan bahwa pengetahuan mengenai sinyal-sinyal itu dan apa yang dimaksud olehnya merupakan kebutuhan pokok bagi laki-laki untuk melakukan pendekatan pada saat yang tepat, jika sang lelaki juga tertarik.
Disebutkan pula bahwa semua gaya pendekatan memerlukan beberapa tahapan. Langkah awal untuk menarik perhatian laki-laki adalah membuka pintu pendekatan. Langkah ini yang dilakukan agar sang pria bergerak kepadanya untuk memulai perkenalan.

Dia menambahkan, memang terlihat pihak lelakilah yang memulai langkah pertama. Akan tetapi, kenyataannya justru sebaliknya. Wanitalah yang memulai mengirimkan sinyal-sinyal (meski tanpa sengaja, body language atau bahasa tubuh seorang wanita bisa ditangkap oleh seorang laki-laki. Kondisi hati seorang wanita biasanya akan tampak pada bahasa tubuhnya, dan laki-laki tertarik secara visual terhadap wanita) sehingga pihak lelaki memulai langkah pertamanya untuk mendekati.

Ahli jiwa lain, Dr. Monica Moore, mempelajari sepak terjang wanita yang sedang tertarik dengan seorang laki-laki. Dr. Moore berhasil mengungkapkan sebanyak 52 isyarat dan sinyal rahasia yang dapat dikirimkan oleh seorang wanita guna mengutarakan keinginannya, misalnya, untuk berkenalan dengan lelaki tertentu yang disukainya.

Dr. Monica Moore menyebutkan 7 sinyal pokok yang digunakan di kalangan wanita (dari 52 sinyal rahasia yang ada). Tujuh sinyal tersebut adalah senyum yang dilontarkan kepada laki-laki yang dituju, memandang sekeliling ruangan, berdansa sendirian, tertawa, lirikan tajam bak anak panah, merapikan rambut, dan membungkuk ke arah lelaki yang dimaksud. Isyarat dan sinyal-sinyal ini, mempunyai pengaruh yang jauh lebih efektif daripada bicara langsung.

Jika persinggungan perasaan sudah terjadi (saling tertarik), pendekatan ke arah zina sudah sampai. Beberapa ulama mengatakan bahwa “mendekati” zina saja hukumnya sudah ha ram, apa lagi yang sudah melakukan zina (sebagian ulama mendefinisikan zina sebagai “bertemunya dua kemaluan/farji”). Pada hal, jika persinggungan perasaan sudah terjadi ditambah dengan persinggungan fisik, zina akan mudah terjadi.

Mahabenar Allah dengan segala firman-Nya. Dalam Al-Quran tertulis aturan pergaulan dengan lawan jenis. Allah Mahatahu aturan apa yang cocok untuk hamba-hambaNya. Pun seandainya itu dijadikan alasan untuk menarik perhatian laki-laki yang akan dijadikan pacar (kekasih), kemudian menikah. Dari buku yang sama disebutkan bahwa pernikahan yang berdasarkan syahwat dan cinta menggebu, kebanyakan berakhir dengan perceraian. Cinta model nafsu adalah cinta yang tidak bisa digunakan sebagai landasan dalam berumah tangga. Kalaupun bisa, itu akan bertahan sementara. Meski beberapa kisah cinta bisa bertahan sampai maut merenggut, ini hanya beberapa kasus karena manusia memiliki sifat jenuh dan bosan.

Penelitian di Syracuse University, Amerika, menyatakan bahwa cinta dan kerinduan orang yang berpacaran tidak menjadi jaminan suksesnya pernikahan. Bahkan, pada kebanyakan kasus justru berakibat goyahnya sendi-sendi pernikahan itu sendiri.

Dr. Sol Gordon, tutor di Syracuse University, dalam penelitiannya seputar keluarga, anak, dan pendidikan, mengatakan bahwa persentase grafik perceraian terus meningkat dengan bertambahnya berbagai macam kasus pernikahan usai cinta yang menggebu-gebu (pacaran).

Peneliti ini mengatakan, “Manakala Anda sedang dimabuk cinta menurut pandangan Anda, seluruh dunia ini hanya berputar di sekitar sosok yang Anda cintai. Ironisnya, usai memasuki gerbang pernikahan, yang terbukti adalah kebalikan dari kesemuanya yang justru meruntuhkan semua persepsi Anda sebelumnya karena saat itu Anda baru menemukan bahwa ternyata ada dunia lain yang harus Anda per hatikan keberadaannya, bukan hanya dunia manusia semata, melainkan dunia pengertian, dunia norma-norma, dan dunia tradisi yang sebelumnya tidak pernah terlintas keberadaannya dalam benak Anda.” 

Dr. Gordon menyebutkan, ada beberapa penyebab dan interpretasi yang melatarbelakangi kerapuhan ikatan produk cinta versi nafsu, yaitu: 
Satu, cinta yang menggebu-gebu berarti setiap pihak dari pasangan tidak dapat bersikap realistis terhadap berbagai sisi kepribadian pasangannya. Mereka tidak dapat berinteraksi secara rasional karena membenarkan semua tindakan pasangannya sehingga ketika pernikahan pasca cinta yang mengebu-gebu terjadi, mereka tidak akan kebal terhadap kritikan dan celaan.

Dua, cinta yang menggebu-gebu menjadikan seseorang tidak lagi dapat melihat pasangannya dalam pandangan yang realistis. Semua tampak ideal. Jika pernikahan terjadi, seiring perjalanan waktu, mereka berdua tidak akan terus-menerus memandang segala sesuatunya serba ideal.

Tiga, kehidupan suami istri adalah kehidupan yang penuh tanggung jawab dan sarat dengan beban. Sebaliknya, pasangan yang sedang dimabuk cinta menggambarkan bahwa dunia dipenuhi oleh kebahagiaan, kecerahan, dan kata-kata romantis. Bagaimana jika mereka memiliki anak? Sang ibu akan sibuk dengan anak-anaknya sehingga terkesan tidak peduli dengan kehadiran suaminya. Apa sua minya akan mengatakan bahwa sang istri sudah tidak cinta lagi kepadanya?

Suami yang harus mengejar target penghasilan karena bertambahnya jumlah tanggungan, yaitu anak, sibuk di luar rumah, kemudian pulang ke rumah dalam keadaan capek sehingga sang istri seolah tidak dipedulikan. Tentu sang istri merasa terabaikan dan sang suami tidak sayang lagi. Perang bisa berkecamuk, kemudian berakhir dengan perceraian.

Penulis buku Jangan Terpedaya menambahkan, “Pernikahan membutuhkan rasa saling memahami, menolong, dan pembagian tanggung jawab. Bukan mengacu pada kaidah cinta, romantisme, dan Susan  dimabuk kepayang.”

Bukankah Allah Mahabenar? Ketika Dia berfirman, Janganlah kamu mendekati zina, bisa dianalogikan bahwa “mendekati zina” cenderung mengacu pada romantisme dan suasana dimabuk kepayang.

Paparan Lain tentang Cinta dan Pernikahan Keawetan cinta dalam sebuah pernikahan bisa ditinjau juga dari “hormon-hormon” yang bekerja dalam tubuh. Sebuah penelitian menyebutkan, jika seseorang menikah karena Allah dan bukan sekadar cinta berdasarkan nafsu, insya Allah pernikahan itu akan langgeng.

Penelitian Helen Fischer dari Boston University, Amerika, menyatakan bahwa cinta adalah sebuah kerja hormon dalam tubuh yang merupakan reaksi kimia (ketika seseorang jatuh cinta, akan ada hormon dalam tubuh yang bekerja, penulis menyebutnya hormon cinta). Senyawa antar hormon itu sangat rentan untuk pecah dan terurai lagi. Konon, butuh waktu 4 tahun untuk terurai. Ini dikenal dengan teori Four Years Itch sehingga cinta hanya bisa bertahan selama 4 tahun. Banyak kasus perceraian terjadi ketika usia pernikahan menginjak tahun kelima.

Namun, sebagian teori ini dibantah oleh Diane Lie dari Universitas Beijing. Kata Lie, cinta tidak semata-mata ditentukan oleh aktivitas hormon. Memang, secara ilmiah hormon pemicu cinta hanya efektif bekerja selama 2-3 tahun, tetapi di samping faktor hormon, ada faktor lainnya, seperti faktor sosial, sebagaimana falsafah Jawa witing tresno jalaran soko kulina, cinta tumbuh karena sering bersama.

Menarik jika dua pendapat (pendapat Helen Fischer dan Diane Lie) ini dikaitkan dengan iman dan kedekatan seseorang kepada Allah. Ada ulama yang menyatakan, “Ketika amalku berkurang atau aku bermaksiat kepada Allah, aku lihat kelakuan yang buruk padaku dan keluargaku kepadaku.”

Juga hadis yang kurang lebih bunyinya, “Jika seseorang meninggalkan berzikir kepada Allah, Allah akan memperlihatkan keburukan-keburukan amal keluarganya di depan matanya.” Artinya, dalam pandangannya, keluarganya akan terlihat sangat menyebalkan.

Lalu, apa hubungannya dengan cinta tadi? Di sini dapat disimpulkan bahwa mencintai karena Allah adalah bentuk cinta yang akan awet sampai kapan pun. Dengan mencintai karena Allah, tidak akan ada kebosanan pada keluarganya. Tak ada aib yang akan ditampakkan (setan) di matanya dari keluarganya.

Seorang mukmin yang mencintai Allah akan mengimbas kasih sayangnya kepada seluruh alam semesta, termasuk kepada keluarganya. Dia akan memaafkan, lalu memperbaikinya, jika keluarganya melakukan kesalahan. Sentuhan kasih sayang seorang mukmin pada alam semesta sebagai bentuk atau imbas cintanya kepada Allah Rabbul Izzati. Seseorang yang benar cintanya, tak akan merusak cinta dengan zina karena antara cinta dan zina (seks bebas) tidak ada hubungannya.

Komentar

Postingan Populer