Bumi Berbentuk Bulat


Ke 85
Bumi Berbentuk Bulat

Pada zaman dahulu orang mengemukakan teori tentang bentuk bumi atau tanah tempat mereka berpijak. Sebuah pertanyaan yang sudah terpikirkan sejak dahulu, “Bagaimana bentuk bumi?” Dengan kepercayaan yang sangat kuat, mereka menyatakan bahwa bumi berbentuk datar. Orang-orang berada di atas bumi yang datar itu. Orang-orang tidak bisa hidup di bumi bagian bawah karena mereka akan terjatuh pada ruang yang dalam tanpa dasar. Orang-orang pun takut mengadakan perjalanan jauh karena beranggapan kalau berjalan terus akan menemukan tepian dunia, lalu jatuh pada lubang tanpa dasar.

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan diketahui bahwa bumi bulat, sebuah teori yang membuat gebrakan dunia ilmu pengetahuan. Gebrakan yang merupakan pengorbanan waktu, keringat, dan air mata para ilmuwan yang menelitinya. Tetapi, sebelum semua teori tentang bumi yang bulat dikemukakan, Al-Quran sudah menorehkannya:

أَلَمۡ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ يُولِجُ ٱلَّيۡلَ فِي ٱلنَّهَارِ وَيُولِجُ ٱلنَّهَارَ فِي ٱلَّيۡلِ وَسَخَّرَ ٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَۖ كُلّٞ يَجۡرِيٓ إِلَىٰٓ أَجَلٖ مُّسَمّٗى وَأَنَّ ٱللَّهَ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ ٢٩ 

Terjemahnya:
Dan tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam (QS Luqmân [31]: 29).

Seorang ilmuwan bernama Dr. Zakir Naik menerangkan mengenai “memasukkan”, memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. “Memasukkan” yang berarti bahwa malam dengan perlahan-lahan dan sedikit demi sedikit berubah menjadi siang dan sebaliknya. Gejala ini hanya bisa terjadi kalau bumi berbentuk bulat. Kalau bumi datar, perubahan dari malam ke siang dan siang ke malam akan terjadi dengan tiba-tiba. 

خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ بِٱلۡحَقِّۖ يُكَوِّرُ ٱلَّيۡلَ عَلَى ٱلنَّهَارِ وَيُكَوِّرُ ٱلنَّهَارَ عَلَى ٱلَّيۡلِۖ وَسَخَّرَ ٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَۖ كُلّٞ يَجۡرِي لِأَجَلٖ مُّسَمًّىۗ أَلَا هُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡغَفَّٰرُ ٥ 

Terjemahnya:
......Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia memasukkan malam atas siang dan memasukkan siang atas malam. (QS Al-Zumar [39]: 5)

Ada kata kawwara yang berarti ‘menutup’, seperti sebuah serban yang dililitkan di kepala. Penutupan semacam itu hanya akan terjadi kalau bumi berbentuk bulat. Pun Rasul Saw. pernah ditanya para sahabat, ke mana perginya benda-benda angkasa yang tenggelam itu? Dari mana datangnya benda-benda angkasa yang terbit itu? Rasul Saw. menjawab, “Ia tetap berada di tempatnya. Tidak berpindah dan tidak bergeser. Ia tenggelam bagi satu kaum dan terbit bagi kaum yang lainnya. Ia tenggelam dan terbit pada satu kaum. (Dan dalam waktu bersamaan) satu kaum mengatakan ia tenggelam, sementara kaum yang lain mengatakan ia terbit.”

Jawaban Rasul Saw. menandakan bahwa bumi bulat. Matahari terbit untuk satu kaum, tetapi tenggelam untuk kaum lainnya. Jika tidak bulat, bagaimana ia bisa terbit untuk kaum yang satu dan tenggelam untuk kaum yang lain? Jika datar, sementara tak ada makhluk hidup yang hidup di bagian bawah bumi datar, tentu matahari tidak sedang menyinari kaum yang lain, tetapi menyinari wilayah kosong tak berpenghuni.

Para ilmuwan Muslim sejak zaman dahulu sudah meyakini bahwa bumi berbentuk bulat. Pada masa Khalifah Al-Ma’mun sempat dilakukan pengukuran luas bumi dengan teliti. Ini didasari atas keyakinan bahwa bumi berbentuk bulat. Al-Biruni, ilmuwan Muslim, juga membagi bola bumi menjadi garis-garis bujur dan lintang berdasarkan keyakinan yang sama. Pendapat ini kemudian dituangkan dalam kitab berjudul Tahdid Nihayat Al-Amakin li Tahhih Masafat Al-Masakin (Penentuan Ujung Tempat-Tempat untuk Meluruskan Jarak Permukiman). Maka, Maha benar Allah dengan firman-Nya.

Komentar

Postingan Populer