Alam Semesta Diciptakan Allah
Ke 89
Alam Semesta Diciptakan Allah

Firman Allah,
بَدِيعُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُۥ وَلَدٞ وَلَمۡ تَكُن لَّهُۥ صَٰحِبَةٞۖ وَخَلَقَ كُلَّ شَيۡءٖۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٞ ١٠١
Terjemahnya:
.......Dia (Allah) Pencipta langit dan bumi (QS Al-An‘âm [6]: 101).
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat? (QS Al-Mulk [67]: 3)
Para ateis memercayai apa yang mereka yakini bahwa di dunia ini tidak ada tuhan. Kepercayaan itu yang melahirkan pemikiran yang nyleneh dan jauh dari logika orang alim (ulul albâb), yaitu alam semesta ada degan sendirinya. Menurut mereka, alam semesta bukan sesuatu yang diciptakan. Hingga kemudian lahirlah pemikiran bahwa alam semesta adalah sesuatu yang diam, luas tak terbatas, tak berkembang, dan kekal dari dulu sampai nanti. Hal itu berarti alam semesta tak bermula dan alam semesta tak akan sirna atau rusak (tetap dari waktu ke waktu).
Ilmuwan yang memercayai hal tersebut adalah Georges Politzer, Karl Marx, Arthur Eddington, Sir Fred Hoyle, Dennis Sciama, dan Prof. George Abel. Ilmu wan yang sebagian pada akhirnya menerima teori Big Bang. Teori Big Bang adalah sebuah teori yang menyatakan bahwa alam bermula dan akan rusak suatu saat nanti. Sebuah teori yang bisa diartikan sebagai wujud kepercayaan akan ke beradaan Sang Khaliq (Pencipta).
Alam semesta berawal karena diciptakan oleh Allah, Rabb sekalian alam. Tetapi, “bahasa” ilmu pengetahuan memang harus dihujahkan dengan bukti jika berhadapan dengan para ilmuwan ateis. Maka, bukti alam semesta diciptakan itu adalah teori Big Bang (Ledakan Besar), sebuah hukum yang menyatakan bahwa alam semesta berasal dari satu titik tunggal yang memiliki volume nol dan kepadatan tak terhingga, yang orang beriman bisa membahasakan titik tunggal ini sebagai sesuatu yang tidak ada, yang kemudian menjadi alam semesta dengan kehendak Allah.
Satu titik tunggal ini kemudian meledak sehingga menjadi alam semesta. Sebuah ledakan besar yang penuh keteraturan, tidak seperti kompor meledak atau bom meledak yang merusak. Big Bang adalah ledakan yang penuh perhitungan dan perincian. Fakta perhitungan dan perincian sebuah ledakan tersebut menjadi bukti tersendiri untuk para ilmuwan itu.
Alam semesta berawal dari ledakan. Dari bahasanya saja kemungkinan menjadikan kesemrawutan dan kerusakan. Tetapi, ternyata ledakan ini malah merupakan suatu sarana tatanan atau aturan yang menjadikan alam semesta tertata dan rapi. Keteraturan ini menjadi bukti tersendiri bagi para ateis. Memang butuh waktu dan bukti untuk membuat mereka percaya teori Big Bang. Bukti dan fakta itu antara lain:
Pertama, Big Bang benar bisa diketahui dari alam semesta yang mengembang yang bertambah besar dan luas. Apa bukti bahwa alam semesta mengembang? Pada 1929, seorang ahli astronomi Amerika, Edwin Hubble, di Observatorium Mount Wilson, California, mengamati bintang-bintang dengan teleskop raksasa. Hasil pengamatan tersebut adalah bintang-bintang memancarkan cahaya merah sesuai dengan jaraknya.
Mengenai pemancaran cahaya merah telah diketahui tentang sebuah hukum fisika bahwa spektrum (berkas sinar) dari sumber cahaya yang sedang bergerak mendekati pengamat cenderung berwarna ungu. Sedangkan spektrum yang menjauhi pengamat cenderung ke warna merah yang berarti bintang-bintang ini “bergerak menjauhi” kita. Jika bintang-bintang bergerak menjauh, berarti alam semesta mengembang.
Jauh sebelumnya, Hubble pun telah membuat penemuan penting. Bintang dan galaksi tidak hanya bergerak menjauhi kita, tetapi juga saling menjauhi. Berdasarkan hal ini bisa dibuat kesimpulan yang sama, jika segala sesuatu di alam semesta bergerak saling menjauhi, berarti ia terus-menerus “mengembang”.
Agar mudah dipahami, alam semesta bisa diumpamakan sebagai balon karet. Buatlah titik-titik di balon karet tersebut. Semakin besar balon ditiup, titik-titik yang ada di permukaan balon akan semakin menjauhi dan semakin jauh dari peniupnya. Inilah perumpamaan alam semesta mengembang.
Sebenarnya teori tentang mengembangnya semesta telah ditemukan oleh Albert Einstein beberapa dekade sebelumnya. Tetapi Einstein mendiamkan saja penemuannya itu yang pada akhirnya disesali Einstein sendiri. Ia menyebut hal itu sebagai “Kesalahan Terbesar dalam Kariernya”.
Setelah diketahui bahwa alam semesta mengembang, lalu apa? Mengembangnya alam semesta berarti jika alam semesta dapat diputar mundur ke masa lampau, ia akan terbukti berasal dari satu titik tunggal. Perhitungan menunjukkan bahwa “titik tunggal” yang berisi semua materi alam semesta haruslah memiliki “volume nol” dan “kepadatan yang tak terhingga”. Alam semesta telah terbentuk melalui ledakan titik tunggal “bervolume nol”, yang berarti alam semesta bermula (diciptakan), yang berarti pula terjadi ledakan besar (Big Bang), lalu ledakan itu menimbulkan keteraturan, berarti alam semesta diciptakan sebuah Zat Yang Agung, yaitu Allah.
Kedua, adalah benar jika memiliki sisa radiasi (pancaran cahaya/ sinar), yang ditinggalkan oleh ledakan besar ini, sisa radiasi itu harus ada di alam semesta dan menyebar merata di segenap penjuru alam semesta. George Gamow (1948) menyatakan bahwa Big Bang harus menyisakan radiasi di alam semesta. Radiasi ini memang ada dan membuktikan bahwa Big Bang memang ada.
Pada 1965, dua peneliti bernama Arno Penzias dan Ro bert Wilson menemukan gelombang ini tanpa sengaja. Radiasi yang disebut “radiasi latar kosmis” ini tidak terlihat memancar dari satu sumber tertentu, tetapi meliputi keseluruhan ruang angkasa. Diketahui bahwa radiasi ini adalah sisa radiasi peninggalan tahapan awal peristiwa Big Bang. Dengan itu, Penzias dan Wilson dianugerahi Nobel untuk penemuan mereka.
Pada 1989, NASA mengirimkan satelit Cosmic Background Explo rer (COBE) ke ruang angkasa untuk melakukan penelitian tentang radiasi latar kosmis. Hanya perlu 8 menit bagi COBE untuk membuktikan perhitungan Penzias dan Wilson. COBE menemukan sisa ledakan raksasa yang telah terjadi di awal pembentukan alam semesta. Semua fakta itu mengubah jalan berpikir tentang dunia dan alam semesta. Berubah 180 derajat. Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa bukti kedua ini adalah penemuan astronomi ter besar sepanjang masa karena penemuan ini dengan jelas membuktikan teori Big Bang, bahwa dunia berawal dari ketiadaan dan ada sesuatu yang mengadakannya dari ketiadaannya. Penciptanya adalah Allah, Tuhan semesta alam.
Ketiga, adalah jumlah hidrogen dan helium (dua unsur yang dalam tabel unsur disimbolkan dengan H dan He). Seperti yang kita tahu, komposisi materi di angkasa, misalnya, pada matahari atau bintang, terdiri dari hidrogen dan helium.
Dalam berbagai penelitian diketahui bahwa konsentrasi hidrogen helium di alam semesta bersesuaian dengan perhitungan teoretis konsentrasi hidrogen-helium sisa peninggalan peristiwa Big Bang. Jika alam semesta tak memiliki permulaan dan ia telah ada sejak dulu kala, unsur hidrogen ini seharusnya telah habis sama sekali dan berubah menjadi helium.
Maka, Maha benar Allah dengan segala firman-Nya, bahwa dahulu langit (angkasa raya) dan bumi adalah suatu yang padu. Se buah “titik nol” yang dengan kehendak Allah terjadi pemisahan. Seperti firman Allah dalam Surah Al-Anbiyâ’ (21): 30, Dan apakah orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi itu keduanya dahulu menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya?
Komentar
Posting Komentar
berkomentar dengan bijak