Manna dan Salwâ; Berkomposisi Gizi Baik
78
Manna dan Salwâ; Berkomposisi Gizi Baik

Maha benar Allah dengan segala firman-Nya. Allah berfirman,
وَظَلَّلۡنَا عَلَيۡكُمُ ٱلۡغَمَامَ وَأَنزَلۡنَا عَلَيۡكُمُ ٱلۡمَنَّ وَٱلسَّلۡوَىٰۖ كُلُواْ مِن طَيِّبَٰتِ مَا رَزَقۡنَٰكُمۡۚ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَٰكِن كَانُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ يَظۡلِمُونَ ٥٧
Terjemahnya:
Dan Kami menurunkan kepadamu manna dan salwâ. Makanlah (makanan) yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu (QS Al-Baqarah [2]: 57).
Dalam catatan kaki Al-Quran terjemah disebutkan tentang manna dan salwâ. Manna adalah ‘makanan manis sebagai madu’, salwâ adalah ‘burung sebangsa puyuh’.
Dikisahkan serombongan orang dari Bani Israil berada di gurun pasir. Mereka berjalan sangat jauh, tetapi tidak sampai-sampai ke tujuan karena memang dibuat seperti itu oleh Allah sebab pembangkangan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya. Bahkan mereka berputar di situ-situ saja sehingga kelaparan dan meminta makanan kepada Nabi Musa, “Duhai Musa, berdoalah kepada Tuhanmu agar Dia memberi makanan kepada kami.” Maka, Allah memberi mereka manna dan salwâ. Ini adalah makanan yang baik yang tercatat dalam Al-Quran.
Manna (madu) adalah makanan yang mengandung vitamin, mineral, dan protein, di samping karbohidrat, juga zat-zat yang memiliki unsur-unsur pengobatan.
Lalu, daging burung (salwâ) memiliki gizi berupa protein dan lemak hewani. Jika burung tersebut adalah jenis burung yang “lincah”, lemak yang dihasilkannya adalah lemak yang baik atau sehat. Dengan asumsi bahwa “lemak jahat” (lemak jenuh) jarang ngendon (berada) di tubuh makhluk hidup yang suka berolahraga (burung “lincah”).
Nikmat Tuhan yang manakah yang Bani Israil dustakan? Bukankah Allah menganugerahkan kepada mereka makanan yang istimewa? Maha benar Allah dengan segala firman-Nya karena jika dieksplorasi, ayat mengenai makanan yang baik ini memang demikian adanya. Apa yang dikatakan Allah baik, maka baik adanya.
Namun, sejarah mencatat pengingkaran sebagian besar pengikut Nabi Musa a.s., sebagian merasa jemu dengan makanan tersebut, dan meminta kepada Nabi Musa, seperti firman Allah dalam QS Al-Baqarah (2): 61,
وَإِذۡ قُلۡتُمۡ يَٰمُوسَىٰ لَن نَّصۡبِرَ عَلَىٰ طَعَامٖ وَٰحِدٖ فَٱدۡعُ لَنَا رَبَّكَ يُخۡرِجۡ لَنَا مِمَّا تُنۢبِتُ ٱلۡأَرۡضُ مِنۢ بَقۡلِهَا وَقِثَّآئِهَا وَفُومِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَاۖ قَالَ أَتَسۡتَبۡدِلُونَ ٱلَّذِي هُوَ أَدۡنَىٰ بِٱلَّذِي هُوَ خَيۡرٌۚ ٱهۡبِطُواْ مِصۡرٗا فَإِنَّ لَكُم مَّا سَأَلۡتُمۡۗ وَضُرِبَتۡ عَلَيۡهِمُ ٱلذِّلَّةُ وَٱلۡمَسۡكَنَةُ وَبَآءُو بِغَضَبٖ مِّنَ ٱللَّهِۗ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمۡ كَانُواْ يَكۡفُرُونَ بَِٔايَٰتِ ٱللَّهِ وَيَقۡتُلُونَ ٱلنَّبِيِّۧنَ بِغَيۡرِ ٱلۡحَقِّۗ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَواْ وَّكَانُواْ يَعۡتَدُونَ ٦١
Terjemahnya:
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata, “Wahai Musa! Kami tidak sabar (tahan) hanya (makan) dengan satu macam makanan, maka mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia memberi kami apa yang ditumbuhkan bumi, seperti sayur-mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah.” Dia (Musa) menjawab, “Apakah kamu mau mengambil sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik? Pergilah ke suatu kota, pasti kamu akan memperoleh apa yang kamu minta.” Kemudian, mereka ditimpa kenistaan dan kemiskinan dan mereka (kembali) mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah (QS Al-Baqarah [2]: 61).
Dalam QS Al-Baqarah (2): 61, Nabi Musa a.s. sudah mengingatkan, “Apa kamu mau mengambil sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik?” Mengambil sesuatu yang lebih baik komposisi gizinya daripada sayur, mentimun, bawang putih, dan sebagainya? Sayuran (yang dimasak) untuk tubuh manusia hanya sebagai penyumbang serat makanan. Demikian juga sayuran mentahnya, sebagai penyumbang serat makanan. Kalaupun ada mineral dan vitamin, mineral dan vitamin dalam sayuran ini komposisinya kalah dengan bahan makanan yang berprotein dan berlemak hewani.
Memang zat terbesar yang dibutuhkan manusia modern saat ini dari sayuran adalah serat. Serat berfungsi untuk pencernaan tubuh, untuk manusia yang pola makannya sesuai dengan Sunnah, ia hanya membutuhkan serat secukupnya saja.
Fungsi “serat makanan” untuk pencernaan, sebagian bisa digantikan oleh madu (manna). Rasul Muhammad Saw. menyebutkan bahwa madu bermanfaat untuk perut atau pencernaan yang bermasalah, salah satu masalah tersebut adalah sembelit.
Bawang merah dan bawang putih, seperti yang disebut Surah Al-Baqarah (2): 61, pengikut Nabi Musa lebih menginginkan bawang daripada manna dan salwâ. Bawang adalah bahan makanan yang fungsinya sebagai perasa atau bumbu untuk masakan saja. Pun Rasul Saw. memasukkan bawang merah dalam kategori makruh, jika dikonsumsi dalam keadaan mentah.
Maha benar Allah dengan segala firman-Nya. Jika mau dicek kembali, akan ada pertanyaan, “Apakah komposisi gizi bahan-bahan makanan pada zaman Nabi Muhammad Saw. sudah diketahui?” Belum adalah jawabannya, mengingat belum ada penelitian mengenai komposisi gizi bahan makanan saat itu. Jika Al-Quran menyebutkan bahwa manna dan salwâ memiliki kualitas sebagai makanan yang lebih baik daripada sayuran, buah, dan umbi-umbian bawang, tentu itu sangat menakjubkan. Apakah berlebihan kita merasa takjub dengan Al-Quran?.
Komentar
Posting Komentar
berkomentar dengan bijak